Musik Tradisional Suku Betawi
Seperti yang telah dibahas pada halaman-halaman sebelumnya,
masyarakat Betawi adalah masyarakat yang sangat heterogen dan egaliter. Hal ini
dapat dilihat dari alat musik dan jenis lagu tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Betawi pada umumnya. Dengan menyerap pengaruh kebudayaan Eropa,
Tionghoa, Arab, Melayu, Sunda dan kebudayaan-kebudayaan lainnya; seni musik
Betawi menawarkan pengalaman yang unik, beragam, serta menarik untuk dinikmati
dalam perayaan maupun waktu santai sehari-hari.
Gambang Kromong
Nama kesenian musikal ini
diambil dari nama kedua alat musik yang terkandung di dalamnya, Gambang dan
Kromong. Mengambil pengaruh yang dominan dari kesenian musik tradisional
masyarakat Tionghoa, Gambang Kromong adalah contoh nyata dari akulturasi dan
heterogenitas masyarakat Betawi. Meskipun pada awalnya memainkan lagu yang
memiliki lirik berbahasa Tionghoa berbagai dialek, namun seiring waktu Gambang
Kromong bisa memainkan musik pop, melayu, dangdut bahkan gambus.
Tanjidor
Tanjidor adalah suatu bentuk
kesenian musik masyarakat Betawi yang diduga bermula pada abad ke-16. Berawal
dari orkes yang dimainkan oleh kaum Mardijker berbahasa Portugis, musik ini
berkembang dikalangan masyarakat Betawi dan para penjajah kolonal Belanda pada
waktu itu. Masyarakat biasanya memainkan musik ini sekedar untuk kesenangan
mereka semata. Sementara itu, orang Belanda pada masa itu suka menikmati orkes
Tanjidor yang mirip dengan lagu baris berbasis Eropa ini. Pada zaman sekarang,
orkes Tanjidor banyak memeriahkan pernikahan Betawi dan pesta, serta pagelaran
yang ada di Jakarta
Keroncong Tugu
Keroncong Tugu adalah sebuah kesenian masyarakat Betawi
yang berdomisili di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara. Dahulu, musik ini
dikenal dengan nama Cafrinho Tugu, dan dimainkan dengan Mardijker keturunan
Portugis yang datang dan menetap di Batavia. Meskipun bernama keroncong, namun
irama musik ini lebih cepat dibandingkan dengan keroncong Jawa yang khususnya
berasal dari wilayah Keraton di Solo dan Yogyakarta. Hingga saat ini,
lagu-lagu Keroncong Tugu masih banyak yang menggunakan lirik berbahasa Portugis
dengan dialek local masyarakat Betawi. Mau mengenal seni dan budaya Betawi lebih dalam? Nyok !! Kite ke Anjungan DKI.
Komentar
Posting Komentar